Jumat, 16 November 2012

Pelajaran Terindah

Sebelumnya loe semua harus tau kalo yang buat cerita-cerita disini asli tulisan gue.. jadi yang mau copas, tolong disebutin ya nama blognya..
ok Gan.. Kita mulai ajah..

v
v
v


Seorang gadis remaja sedang duduk di samping sebuah makam sambil meneteskan airmata. Dia adalah Bilqis, dan makam itu adalah makam mamanya. Wajah Bilqis sangatlah sedih bercampur sesal. Yap! Penyesalan yang amat dalam bagi Bilqis tentang kepergian ibunya.

Flash back
3 tahun yang lalu

@telephone
"Halo? Mama!" seru Bilqis.
"Iya, Qis." jawab seorang wanita dengan penuh kelembutan, yang bukan lain adalah mamanya.
"Mama lagi dimana? Acara udah mau mulai. Aku gak mau 'Sweet Seventeen' aku mama gak hadir, lho!"
"Iya, sebentar lagi mama sampai kok. Kamu yang sabar ya! Tadi mama ada metting mendadak dulu sebentar, jadi agak telat deh pulangnya. Maafin mama ya?" jelas mama Bilqis yang sedang mengendarai mobilnya sendirian.
"Ya udah cepetan ya, Ma!" pinta Bilqis dengan nada kesal dan memutuskan telphone nya.

"Huh.. Bilqis, Bilqis!" seru bu Ajeng sambil terfokus pada handphonenya. Dan tanpa dia sadari di depan mobilnya sedang melaju sebuah truk berkecepatan tinggi.
"Tinnn!" suara klakson truk yang membuat bu Ajeng terkejut. Sontak bu Ajeng langsung membanting setirnya ke arah kiri dan menabrak sebuah pohon besar. Bagian mobil bu Ajeng rusak parah. Dan bu Ajeng meninggal ditempat kejadian karena terjepit body mobil.

Di rumah, Bilqis yang sedang menanti kedatangan mamanya merasakan suatu firasat. Hatinya tak tenang dan kini resah gelisah menghampirinya.
"Aduhh... Kenapa perasaan gue gak enak gini ya? Semoga gak terjadi apa-apa sama mama Ya Tuhan." kata Bilqis di dalam hati dengan raut wajah gelisah.

Skip

Sudah hampir 2 jam Bilqis menunggu mamanya, bahkan sudah banyak tamu undangan yang memutuskan untuk pulang. Hanya tinggal Sarah, Nuroh, Gerry dan Rendi yang setia menemani Bilqis.
"Tet..tet..tet.." bunyi bel pintu rumah Bilqis.
"Itu pasti mama!" seru Bilqis dengan semangatnya. Lalu berlari menuju pintu depan. Teman-teman Bilqis langsung mengikutinya.
Bilqis membukakan pintunya, namun sayang tak ada sosok mamanya disana. Yang ada hanya 2 orang polisi berseragam yang berdiri gagah.
"Selamat sore!" sapa seorang dari polisi itu.
"Sore! Bapak cari siapa ya?" tanya Bilqis dengan gugup.
"Apa benar ini rumah nyonya Ajeng Fidya Chinttya?"
Sontak Bilqis terkejut ketika mendengar nama mamanya disebut oleh polisi ini. Jantungnya langsung berdetak 3x lebih kencang.
"Iya, benar!" jawab Bilqis.
"Anda siapa ya?" tanya polisi itu lagi.
"Saya anaknya. Mama saya kenapa ya, pak?" tanya Bilqis.
"Hmm... Begini. Mobil milik ibu anda telah mengalami sebuah kecelakaan di Jl.Anggrek II. Dan menabrak sebuah pohon. Dan, ibu anda meninggal ditempat kejadian." ujar polisi yang satunya dengan nada tak tega.
Sarah, Nuroh, Gerry dan Rendi sangat kaget ketika mendengar penjelasan polisi itu. Terutama Bilqis yang langsung meneteskan airmatanya. Dia mencoba untuk tetap tegar, meski itu mustahil.

Flash Next

3 tahun kemudian

Hari ini tepat 3 tahun kenangan itu terjadi. Namun Bilqis masih tenggelam dalam penyesalannya, bahkan merubah segala sifat dia yang dulu. Kejadian itu selalu teringat dalam ingatan Bilqis. Penyesalan itu kini tak berguna, karena mamanya takkan mungkin hidup kembali.

"Ehm... Disini loe ternyata?" tanya seorang lelaki bernama Andi. Dia adalah teman satu kelas Bilqis di kampus.
"Ngapain loe disni?" Bilqis balik bertanya dengan sinis.
"Kok malah balik nanya sih? Bukannya loe mau nyiapin pesta ulang tahun loe sama temen-temen loe ya?" tanya Andi lagi, sambil berjongkok dekat Bilqis.
"Gue gak suka ulang tahun!"
"Why? Bukannya itu seru ya? Harusnya loe bersyukur masih bisa bernafas sampai detik ini. Lagian kasian juga kan temen-temen loe yang udah susah payah nyiapin pesta buat loe." ujar Andi yang heran. "Loe nangis? Emang cewe galak kaya loe bisa nangis ya?" gurau Andi ketika melihat mata Bilqis yang berkaca-kaca.
"Ngapain sih loe gangguin gue!" sentak Bilqis yang membuat Andi sempat terkejut. "Gue mau nangis, mau ketawa, atau mau guling-guling di atas terigu kan juga bukan urusan loe!"
"Aneh yah loe? Tadi nangis, sekarang marah-marah. Besok apaan?" gurau Andi ketika melihat mata Bilqis yang berkaca-kaca.
"Ihhh...nyebelin banget sih loe! Gak di kampus atau dimana pun, loe itu tetep cowo yang nyebelin! Nyokap loe ngajarin loe gak sih?" sentak Bilqis yang emosi, sambil mendorong Andi hingga jatuh. "Upss... Sorry, Di!"
"Loe boleh benci gue! Loe boleh ngehina gue sepuas hati loe! Tapi satu hal, jangan pernah loe ngehina nyokap gue! Terutama di depan dia!" sentak Andi yang mulai terpancing emosi. Namun dia segera sadar dan mengatur kembali emosinya.
"Dia? Dia siapa, Andi? Disini gak ada siapa-siapa, cuma ada loe sama gue. Loe ngigo ya?" Tanya Bilqis yang Heran.
Andi memalingkan wajahnya pada suatu makam yang tak jauh dari makam bu Ajeng.
"Itu makam nyokap gue." jelas Andi dengan suara lirih.
"Emm... Sorry ya, Di! Gue gak bermaksud..." kata Bilqis yang belum selesai karena dipotong Andi.
"Udahlah gak papa!" ujar Andi tersenyum. "Itu makam nyokap loe kan?" menatap makam bu Ajeng.
"Iya!" Bilqis mengangguk.
"Emm.." gumam Andi sambil berdiri dan mendekati batu nisan bu Ajeng. "Loe beruntung!"
"Maksud loe?"
"Ya loe beruntung! Nyokap loe meninggal 4 tahun yang lalu. Setidaknya loe sempet ketemu sama dia, bahkan diurus sampai umur loe 17 tahun. Beda sama gue, bokap gue meninggal sewaktu kandungan nyokap gue berumur 7 bulan. Dan bokap gue meninggal sewaktu dia ngelahirin gue. Sedangkan loe, loe beruntung. Bokap loe meninggal sewaktu loe SMP, dan nyokap loe baru 4 tahun yang lalu meninggalnya. Harusnya loe bersyukur pernah ngerasain kasih sayang orang tua." kata Andi yang membuat Bilqis perlahan-lahan meneteskan airmata. "Huft... Belum lagi loe masih punya kakak, om, tante dan keluarga yang sayang banget sama loe. Jadi sebaiknya loe gak boleh nyesel terus-terusan gini. Kasian juga kan nyokap loe, dia pasti gak tenang kalo liat loe masih terpuruk dalam penyesan. Ini udah takdir, Qis!" sambung Andi yang berhasil menyadarkan Bilqis.
"Iya, Di! Semua yang loe bilang itu bener. Gue terlalu tenggelam dalam bayangan masa lalu. Padahal masih banyak orang di luar sana yang gak seberuntung gue, termasuk loe!" ujar Bilqis sambil menghapus airmatanya. Andi hanya tersenyum tipis. "Oh ya ngomong-ngomong loe tau darimana tentang bokap gue?"
"Dari..dari.." Andi berfikir sejenak. "Dari siapa pun itu gak penting kok buat loe. Emm... Ya udah gue mau bantuin Rendi dulu ya buat nyiapin pesta ultah loe!" seru Andi sambil berdiri dan melangkah pergi.
"Andi tunggu!" seru Bilqis yang membuat Andi menghentikan langkahnya. "Gue ikut ya sama loe!" sambung Bilqis sambil berlari mengejar Andi dengan tersenyum.

Skip

Semenjak hari itu Bilqis berubah menjadi Bilqis yang dulu lagi. Bilqis yang ceria, perhatian dan hangat. Walau masih sering berantem sama Andi, tapi mereka jadi semakin akrab. Sampai ketika...
"Andi kemana ya? Tumben hari ini belum nongol? Biasanya paling demen gangguin gue!" kata Bilqis dalam hati sambil tengok kanan-kiri.
"Woy!!" seru Nuroh dan Sarah mengagetkan sahabatnya.
"Kalian!" seru Bilqis kesal.
"Lagi nungguin Andi, ya?" tanya Nuroh.
"Emang kalian lihat Andi?" tanya Bilqis yang penuh penasaran.
"Tuh kan! Cie Bilqis kangen sama Andi." goda Sarah.
"Ih.. Apaan sih kalian!" kata Bilqis yang tersipu malu.
Tiba-tiba datang Rendi dan Gerry yang berlarian.
"Bilqis! Ada kabar penting buat loe!" seru Rendi yang ngos-ngosan.
"Andi, Qis! Dia hari ini pergi ke Amrik buat ngelanjutin beasiswanya. Ini dia nitip surat buat loe dari Andi." sambung Rendi sambil memberikan secarik kertas pada bilqis.
Sambil menghela nafas panjang Bilqis membuka surat tersebut.

'Qis, maaf ya gue gak sempet ngasih tau loe kalo gue bakalan ke Amrik hari ini. Gue juga minta maaf gak sempet pamitan langsung sama loe. Gue kuliah di Amrik karena dapet beasiswa. Pokoknya panjangggggggggggg banget ceritanya, lain kali kalo kita ketemu lagi gue pasti bakal cerita banyak hal sama loe. Ya udah, gue berangkat dulu ya? Loe baik-baik disini, gue janji bakal balik lagi buat loe. Bye Miss Galak '

"Ehm... Cie! So sweet banget sih suratnya.." ledek Sarah.
"Gak ahh biasa ajah!" jawab Bilqis sambil melipat kembali suratnya dengan wajah kesal.
"Loh kok gitu sih, Qis? Jangan-jangan loe nyesel lagi karena kehilangan orang yang loe sayang? Berarti nanti loe jutek lagi dong?" tanya Nuroh dengan polosnya.
"Yah.. Gak ada yang nemenin kita main PS lagi dong, Ren?" tanya Gerry pada Rendi.
"Iya nih, loe jangan berubah dong! Ah gak asik tau." sambung Rendi.
"Idih? Kalian pada kenpa sih? Gue ya Bilqis yang sekarang, gak bakalan berubah jadi Superman!" Bilqis bergurau. "Udah yuk! Mending kita ke kantin. Gue udah laper nih!" sambung Bilqis sambil memegang perutnya.
"Lets go!" jawab semua serempak.
Dan mereka pun berjalan menuju kantin.
"Satu lagi pelajaran yang baru ajah loe kasih ke gue, Di! 'Setiap pertemuan akan berakhir dengan perpisahan'." kata Bilqis dalam hati sambil tersenyum bersama keempat sahabatnya.

The end ~^

Gimana Readrs??
Seru gak??
Komen ya..

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "